Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME)
Realistic Mathematics Education (RME) pertama kali dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Menurut Gravemeijer dalam Suharta mengatakan bahwa Matematika harus dikaitkan dengan realita dan Matematika merupakan aktifitas
manusia. Matematika harus dikaitkan dengan realita berarti Matematika harus dekat dan relevan dengan peserta didik. Sedangkan Matematika sebagai aktivitas manusia maksudnya manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan bimbingan orang dewasa. Realistic dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada
realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh peserta didik. Menurut pandangan Freudenthal mengenai RME adalah mathematics must be connected to reality and mathematics as a human activity. Pertama, Matematika harus dekat terhadap peserta didik dan harus relevan dengan situasi kehidupan sehari-hari. Kedua, ia menekankan bahwa Matematika sebagai aktifitas manusia, sehingga peserta didik harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan aktifitas semua topik dalam Matematika.
Menurut Zainurie (dalam http://zainurie.wordpress.com/2007/04/13/pembelajaran–Matematika–relistik–rme/) Secara umum, RME terdiri dari lima karakteristik yaitu sebagai berikut.
1. Implementasi real konteks sebagai titik tolak belajar matematika
Dalam RME, pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (dunia
nyata) sehingga memungkinkan mereka menggunakan pengalaman
sebelumnya secara langsung.
2. Implementasi model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus
Model yang dimaksudkan dalam hal ini adalah model yang berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang dikembangkan oleh peserta didik sendiri (self developed models). Peran self developed models adalah jembatan bagi peserta didik dari situasi real ke situasi abstrak atau dari Matematika informal ke Matematika formal. Artinya peserta didik membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah.
3. Menggunakan produksi dan konstruksi
Streefland menekankan bahwa dengan pembuatan “produksi bebas” peserta didik terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar.
gunakan link di bawah ini untuk mendownload File Lengkap
hxxp://www.ziddu.com/download/8305585/2.PembelajaranRealisticMathematicsEducation.docx.html
Realistic Mathematics Education (RME) pertama kali dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Menurut Gravemeijer dalam Suharta mengatakan bahwa Matematika harus dikaitkan dengan realita dan Matematika merupakan aktifitas
manusia. Matematika harus dikaitkan dengan realita berarti Matematika harus dekat dan relevan dengan peserta didik. Sedangkan Matematika sebagai aktivitas manusia maksudnya manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan bimbingan orang dewasa. Realistic dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada
realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh peserta didik. Menurut pandangan Freudenthal mengenai RME adalah mathematics must be connected to reality and mathematics as a human activity. Pertama, Matematika harus dekat terhadap peserta didik dan harus relevan dengan situasi kehidupan sehari-hari. Kedua, ia menekankan bahwa Matematika sebagai aktifitas manusia, sehingga peserta didik harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan aktifitas semua topik dalam Matematika.
Menurut Zainurie (dalam http://zainurie.wordpress.com/2007/04/13/pembelajaran–Matematika–relistik–rme/) Secara umum, RME terdiri dari lima karakteristik yaitu sebagai berikut.
1. Implementasi real konteks sebagai titik tolak belajar matematika
Dalam RME, pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (dunia
nyata) sehingga memungkinkan mereka menggunakan pengalaman
sebelumnya secara langsung.
2. Implementasi model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus
Model yang dimaksudkan dalam hal ini adalah model yang berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang dikembangkan oleh peserta didik sendiri (self developed models). Peran self developed models adalah jembatan bagi peserta didik dari situasi real ke situasi abstrak atau dari Matematika informal ke Matematika formal. Artinya peserta didik membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah.
3. Menggunakan produksi dan konstruksi
Streefland menekankan bahwa dengan pembuatan “produksi bebas” peserta didik terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar.
gunakan link di bawah ini untuk mendownload File Lengkap
hxxp://www.ziddu.com/download/8305585/2.PembelajaranRealisticMathematicsEducation.docx.html
0 Response to "Realistic Mathematics Education"
Post a Comment